5/12/2011

Perkembangan-Perkembangan Ilmu Tajwid

1.3 Perkembangan-Perkembangan Ilmu Tajwid
Untuk memperkaya khazanah keilmuan tajwid, perlu adanya pengembangan ilmu tajwid, diantaranya sebagai berikut :
1. Sifat-sifat huruf meliputi : Sifat Mutadhodah dan goer mutadhodah, sifat aridoh dan Lazimiah, Sifat Qoeriyah dan do’ifah.
2. Cara membaca Istiazah, basmalah dan surohj.
3. Hukum nun mati bersyukur dan tanwin meliputi izhar halqi, idgom, iqlab, ikhfa, nun shogir lilmasli.
4. Hukum nun sukun meliputi ikhfa syafawi, idgom mimi, izhar syafawi.
5. Hukum nun dan nunu bertasyid
6. Hukum lam tar’if
7. Hukum ro
8. Qolqolah
9. Hukum mad
10. Hukum mad dan lain sebagainya
Ilmu tajwid tidak bisa di pisahkan keberadaanya dari ilmu qira’at. Bahkan bias di katakana kelahiran ilmu tajwid itu sendiri di ilhami oleh ilmu qira’at yang memang muncul lebih dulu. Keberagaman cara membaca lafazh-lafazh al-qur’an dalam membaca qira’at telah menajadi dasar bagi munculnya kaidah-kaidah dalam ilmu tajwid.
Ilmu qira’at adalah ilmu yang membahas bermacam-macam bacaan(qira’at) yang di terima dari nabi saw. Dan menjelaskan sanad serta penerimaan dari nabi SAW. Dalam ilmu ini, di ungkapkan qira’at yang sahih dan yang tidak sahih seraya menisbatkan setiap wajah bacaan kepada imam qiraat.

Asal muasal terjadinya perbedaan ini adalah karena bangsa arab dahulu mempunyai berbagai dialek bahasa (lahjah) myang berbeda antara satu kabilah dengan satu kabilah lainnya. Dan al-qur’an yang di turunkan allah swt. Kepada rasulnya SAW. Menjadi sempurna kemukjizatannya karena ia dapat menampung berbagai macam dialek tersebut hingga tiapa kabilah dapat membaca, menghafal, dan memahami wahyu allah.

Qira’at yang bermacam-macam ini telah mantaf pada maasa rasulullah saw. Dan beliau mengajarkan kepada para sahabat r.a, sebagaimana beliau menerima dari jibril a.s. kemudian pada masa shabat muncul para ahli bacaan al-qur’an yang menjadi panutan masyarakat. Yang termasyur di antara mereka antara lain ubay bin ka’b, ustman bin affan, ali bin abi thalib, Abdullah bin mas’ud, zaid bin tsabit, dan abu musa al-asy’ari. Mereka inilah yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar sahabat dan tabi’in.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan qira’at ini menghadapi masalah yang serius karena munculnya banayak versi bacaan yang seamuanya mengaku bersumber dari nabi saw. Untuk itu di lakukanlah penelitian dan pengujian oleh para pakar qira’at dengan menggunakan kaidah dan criteria dari segi sanad,, rasm utsamani dan tata bahasa arab.
Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan pengujian yang mendalam terhadap bergbagai qiraat al-qur’an yang banayak beredar tersebut,ternyata yang memenuhi syarat mutawatir, menurut kesepakatan para ulama, ada tujuh qiraat. Tujuh qira’at ini selanjutnya di keanal dengan sebutan qiraat sab’ah (bacaan yang tujuh).
Qira’at sab’ah ini masing-masing di bawa dan di populerkan oleh seorang imam qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh orang imam qiraat,sebagai penghargaan dan mudah di ingat, nama-nama mereka selanjutnya di abadikan pada qiraat masing-masing. Contoh nya : qiraat ashim, qiraat naïf,qiraat ibnu katsir, dan seterusnya. Tetapi patut di pahami, hal ini bukan berarti bahwa mereka lah yang menciptakan qiraat sendiri. Qiraat yang mereka anut dan gunakan tettap bersumber dari rasulullah saw. Yang di peroleh secara talaqqi dari generasi-generasi sebelumnya.
Berikut nama-nama imam qiraat sab’ah dan para perawi yang masyur meriwayatkan qiraat darinya:
1. Abdullah bin amir al-yahsabi imam ibnu amir)
Ia mengambil qiraat dari utsman bin affan r.a dan utsman mengambilnya dari rasullullah saw. Para perawinya yang terkenal antara lain: hisyam bin ammar ad-dimasqi (hisyam) serta abu amir abdullah bin ahmad bin basyir bin zakwan ad-dimasqi (ibnu zakwan)
2. Abu ma’bad abdullah bin katsir al-makki(imam ibnu katsir).
Ia mengambil qiraat dari ubay bin ka’b dan umar umar bin al khathtab r.a dari rasulullah saw. Melalui abdullah bin sa’id al-makhzumi. Para perawinya yang terkenal antara lain ahmad bin muhammad bin abdurrahman bin muhammad bin abdurrahman bin muhammad al-makhzumi (qunbul)
3. Abu bakr ashim bin abin nujud al-asadi (imam ashim)
Ia mengambil qiraat dari abdullahbin mas’ud, utsman bin affan, ali bin abi thalib, ubay bin ka’b, dan zaid bin tsabit r.a dari rasulullah saw. Melalui abu abdurrahman bin hubaid as-sulami. Para perawinya yang terkenal antara lain abu bak’r syu’bah bin ayyasy bin salim al-asadi (syu’bah) dan abu amr hafsh bin sulaiman bin al-mughirah(hafsh).
4. Zabban bin al-ala bin ammar (imam abu amr)
Ia mengambil qiraat dari ummar bin al-khaththab dan ubay bin ka’b r.a memalui abu jafar yazid bin al-qa’qa dan hasan al-bashri. Hasan al-bashri mengambil qiraat dari haththan dan abu ‘aliyyah. Abu aliyyah dari umar bin al-khaththab dan ubay bin ka’b r.a dari rasulullah saw.. Para perawi imam abu amr yang terkenal antara lain abu umar ahfsh bin umar (ad-duri) serta abu syu’aib shalih bin ziyad as-susi (as-susi)
5. Nafi’ bin abdurrahman bin abu nu’aim al-laitsi (imam nafi’)
Ia mengambil qiraat dari banyak guru, diantaranya abdurrahman bin hurmuz yang mengambil qiraat dari abdullah bin abbas dab abu hurairah r.a yang mengambil qiraat dari ubay bin ka’b r.a dan ubay bin ka’b r.a dari rasulullah saw.. Para perawinya yang terkenal antara lain abu musa isa bin mina (qalun) serta utsman bin sa’id al-mishri (wasry)
6. Hamzah bin hubaib az-zayat (imam hamzah)
Ia mengambil qiraat dari abdullah bin mas’ud r.a melalui abu muhammad bin sulaiman bin marhan al-a’masyi yang mengambil qiraat dari abu muhammad yahya al-asadi dari al-qamah bin qais. Kemudian al-qamah bin qais talaqqi dari abdullah bin mas’ud r.a dari rasulullah saw.. Para perawinya imam hamzah yang terkenal antara lain abu muhammad khalaf bin hisyam al-bazzaz (khalaf) serta abu isa khallad bin khalid as-sairafi (khallad).
7. Abdul hasan ali bin hamzah al-kisa-i (imam al-kisa-i)
Ia mengambil qiraat dari imam hamzah dan juga talaqqi kepada muhammad bin abu laili dan isa bin umar. Sementara itu isa bin umar mengambil qiraat dari imam ashim. Para perawi imam al-kisa-i yang terkenal antara lain al-lais bin khalid al-baghdadi (abu harist) serta abu umar harsh bin umar (ad-duri al-kisa-i).

Qiraat Al-Qur’an yang dibawa oleh ketujuh imam qiraat diatas bukanlah hasil ijtihad , melainkan perkara tauqifi yang berpegang kepada riwayat-riwayat mutawatir yang bersumber dari Nabi saw.. Dengan demikian, sunnah hukumnya mengghunakan Qiraat Sab’ah dalam bacaan Al-Qur’an. Namun begitu, sebelum menerapkan Qiraat Sab’ah, seorang qari sebaiknya terlebih dahulu mempelajari qiraat-qiraat tersebut secara talaqqi dan musyafahah (mengaji langsung) kepada guru terpercaya yang memang ahli dalam mendalami Qiraat sab-ah. Janganlah mempraktekan qiraat-qiraat tersebut hanya sekedar ikut-ikutan tanpa disertai dasar-dasar qiraat itu sendiri. Sangat penting dijelaskan disini bahwa qiraat yang banyak dipelajari, dianut, dan dipakai oleh kebanyakn kaum muslim di Indonesia adalah qiraat menurut Imam Ashim riwayat hafsh. Untuk menambah wawasan, berikut ini kami tampilkan contoh sederhana perbedaan cara membaca lafazh-lafazh tertentu di dalam Al-Qur’an yang dipelajari dalam Qiraat Sab-ah :

 Lafazh , imam warsy membacanya dengan taghlizh (tebal) pada huruf lam, sehingga terdengar seperti bunyi huruf “o” dalam lafazh ( )
 Lafazh , imam ibnu katsir membacanya dengan men dlamahkan huruf mim serta menghubungkannya dengan wau bersukun (shalah mim jama) sehingga dica panjang dua harkat sebagaimana madd ashli, yaitu : ( )
 Lafazh , imam hamzah dan al-kasa-i membacanya dengan imalah, sehingga menjadi : bil hudee..

2. Hakekat Kemampuan Membaca Al-Qur’an
2.1 Pengertian kemampuan membaca al-qur’an
Dalam kamus umum B. Indonesia kemampuan atau kompetisi itu berasal dari kata “kompeten” yang berarti menang, cakap, berkuasa memutuskan (menetukan) sesuatu CFN WJS Poerwadarmanta, kamus umum B. Indonesia (Jakarta; balasi pustaka 1987) Hal 518.
Kompetisi menurut mansur adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan sesuatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamal dan diukur“ CFN Mansur Muslich, KTSP pembelajaran berbaris kompetensi dan kontektual (Jakarta, Bumi Aksara, Cet 1) hal 15.
Menurut Mc Ahsan bahwa kompetisi adalah sebagian pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamatioleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kOgnitif, Afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya”. CFN E Mulya, Kurikulum berbasis kompetensi (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2004 ) hal 38.
Sedangkan menurut Ny. Roestiyah NK menyatakan bahwa kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai atau memliki pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dikehendaki oleh jabatan seseorang “ CFN Ny Roestiyah NK, masalah-masalah ilmu keguruan (Jakarta Bina Aksara 1986) hal 18
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas dibidang tertentu” CFN Kepmendiknas RI No. 045/U/2007)
Dari keterangan diatas , kompetensi dapat diartikan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan bagi orang berbeda sesuai dengan firman Allah swt
           
Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya. (Q.s Alisraa : 84)
Bagi setiap orang yang memliki jabatan dimana orang tersebut harus memiliki kemampuan untuk bertindak cerdas, penuh tanggung jawab dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kemampuan ntuk mengerjakan tugas-tugas dibidang tertentu.

Kata Al-Qura’an dilihat dari segi bahasa, terdapat beberapa pendapat ulama. Antara lain sebagai berikut :
1. Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja qara’a yang berarti “bacaan”. Kata ini selanjutnya berarti Kitab suci yang diturunkan Allah swt. Pendapat ini berdasarkan firman Allah swt dalam surat Al-Qiyamah : 17-18.
•       •  
Artinya : “ Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S Al-Qiyamah/75: 17-18)
2. Al-Qur’an adalah kata sifat dari Al-Qur’un yang bermakna yang bermakna Al-Jam’u (kumpulan). Selanjutnya kata kata itu dipergunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surat dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan intisari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara Malaikat jibril, yang menjadi mukjizat atas kenabiannya.
Syaikh Muhammad Khudri beik merumuskan.



Artinya : “ Al-Qur’an ialah firman Allah yang berbahasa Arab diturunkan kepadan Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya dan diingat selalu, disampaikan kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai dari Surat Al-Fatihah diakhiri dengan Surat An-Nas.”

Definisi tersebut mengandung unsur-unsur bahwa Al-Qur’an adalah :
1. Lafalnya berbahasa Arab
2. Disampaikan secara mutawatir
3. Berbentuk mushaf yang dimulai dari Surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.

Banyak sekali tulisan mengenai Al-Qur’an, namun pada prinsipnya sama, bahwa Al-Qur’an ialah Kalam Allah yang disampaikan dalam bahasa Arab, diturunkan secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw sebagai Mukjizat. Al-Qur’an disampaikan sepada kita sebagai penganutnya secara mutawatir, yang terlah tertulis dalam Mushaf Usmani dan hidup sampai akhir zaman. Dimulai dari Surat Al-fatihah diakhiri sengan Surat An-Nas, merupak ibadah bagi yang membacanya, dan kafir bagi yang mengingkarinya.
Dengan demikian, wahyu yang diturunkan kepada nabi-nabi selain nabi Muhammad saw bukanlah Al-Qur’an. Begitu juga wahyu atau kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang bila dibacakan byukan merupakan ibadah (seperti hadist qudsi) juga bukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adal;ah mukjizat Nabi saw yang menjadi bukti kebenaran. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangannya yang bersifat bertahap.

Pertama,menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an secara kesluruhan, seperti yang tertera dalam Qur’an Surat At-Tur ayat 34
      
Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.(Q.S At-Thur:34)

Kedua, metantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam Al-Qur’an seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 13
               
   
Artinya : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".(Q.S Hud : 13)
Ketiga, Menantang mereka untuk menunyusun satu surat saja semacam Al-Qur’an, seperti yang tertera dalam Surat Yunus ayat 38.
              
  
Artinya : “atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."

Keempat, menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang satu surat dari Al-Qur’an, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 23

     •      
        
Artinya : “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S Al-Baqarah : 23)
Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, maka tidak ada seorang manusia atau jinpun, baik sendiri – sendiri maupun bersama, yabg sanggup membuat yang serupa dengan Al-Qur’an. Mereka pasti tidak akan mampu membuatnya. Allah telah mengisyaratkan hal itu dalam surat Al-Isra’ ayat 88.
Dengan demikian, ternyata tantangan yang sedmikian lantang ini tidak dapat disanggupi oleh seorangpun, kecuali jika ia memiliki satu dari dua sifat, yaitu gila atau sangat yakin. Nabi Muhammad saw sangat yakin akan wahyu-wahyu Allah, karena wahyu merupakan informasi yang bersumber dari tuhan yang diyakini kebenarannya.
Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw mempunyai banyak nama. Semua itu menunjukkan kemuliannya. Dan memang, ia merupakan kitab samawi yang paling mulia secara mutlak. Karenanya dinamailah kitab samawi itu dengan Al-Qur’an, Al-Furqon, At-Tanjil, Az-Zikr, Al-kitab, Al-Mushaf, dan sebagainya.
Adapun alasan dan maksud dari penamaan Al-Qur’an dengan nama-nama lainnya adalah sebagai beriikut :
1. Dengan nama Al-Qur’an adalah karena ia dibaca. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 9
•          
  •    
Artinya : “ Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (Q.S Al-Isra’ ayat 9)
2. Dengan Nama Al-Furqan, yang berarti pembeda. Dengan maksud bahwa Al-Qur’an menjelaskan antara yang hak dan yang bathil, antara yang benar dan yang salah; dan antara yang baik dan yang buruk. Berdalil kepada Firman Allah swt dalam surat Al-Furqan ayat 1.
  •      • 
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Q.S Al-Furqan ayat 1)
Seperti halnya Al-Kitab dipakai untuk sebutan semua kitab suci yang diturunkan Allah, Al-Furqanpun demikian. Sebab Al-Furqan pun diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 48.
3. Dengan nama At-Tanzil, karena ia diturunkan dari Allah pemelihara seluruh alam. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara ayat 192-193
         
Artinya : “Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), (Q.S Asy-Syu’ara ayat 192-193)
4. Dengan nama Az-Zikr, yang berarti peringatan. Menurut Az-Zarkasyi karena Al-Qur’an mengandung peringatan-peringatan, nasehat-nasehat, serta ibformasi mengenai umat yang telah lalu yang tentu saja sebagai peringatan dan nasehat juga bagi orang - orang yang bertaqwa. Adapun ayat yang menjelaskan tantang Az-Zikr ini terdapat dalam Surat An-Nahl ayat 44
       ••      
Artinya : “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,” (Q.S An-Nahl ayat 44)
5. Dengan nama Al-Kitab. Dinamai dengan Al-Kitab karena ayat-ayat Al-Qur’an tertulis dalam bentuk kitab, sebagai mana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 2
         
Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Q.S Al-Baqarah ayat 2)
Menurut pengertian yang dapat ditangkap dari beberapa ayat Al-Qur’an yang lain (misalnya Surat Al-Furqan ayat 35, Ibrahim ayat 1, dan maryam ayat 30 ), ternyata Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Injil Kepada Nabi Isa juga disebut Al-Kitab, dan penganut agama yang memegang kedua kitab ini disebut Ahl Al-Kitab. Sebagaimana Firman Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 64.
               
                
64. Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Q.S Ali Imran ayat 64.)
6. Dengan nama Al-Mushaf Allah menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa. Mari kita simak Firman Allah dalam surat Al-A’la ayat 18 dan 19 berikut ini :
•         
Artinya : “ Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa” ( Q.S Al-A’la ayat 18-19)
Dahulu, pada zaman Rasulullah saw, para sahabat menulis Al-Qur’an pada kayu, batu, kulit dan pelepah kurma. Benda-benda yang telah ditulisi ayat-ayat Al-Qur’an tersebut disebut suhuf. Setelah suhuf-suhuf itu dikumpulkan dan digabungkan menjadi satu, maka para sahabat menyebutnya mushaf. Misalnya mushaf Ali dan Mushaf Abdullah bin Mas’ud.
Sebutan mushaf menjadi semakin popular setelah Usman Bin Affan membentuk panitia penghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dan mendistribusikan mushaf-mushaf salinan panitia empat itu kebeberapa wilayah kekuasaan Islam. Sejak itu, pengertian Al-Mushaf berkembang menjadi sebuah nama yang member identitas pada “Kalam Allah” yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, tertulis didalam lembar-lembar, membacanya merupakan ibadah, susunan kata dan isinya mukjizat, dinukil secara mutawatir, yang di mulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Disamping nama-nama Al-Qur’an tersebut diatas, Allah juga member beberapa sifat terhadap jumlah ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam Al-Qur’an yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang mulia terhadap sifat yang diturunkan oleh Tuhan yang maha Mulia yang dijadikan mukjizat abadi bagi nabi yang terakhir. Diantara sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Burhan, yang berarti bukti kebenaran, dan nurmubin yang berarti cahaya yang jelas. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 174
 ••          
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (Q.S An-Nisa ayat 174)
2. Syfa, yang berarti obat dan rahmah yang berarti kasih saying. Allah berfirman dalam surat Al-Israa ayat 82.
              
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S Al-Israa ayat 82.)
3. Hudan, yang berarti petunjuk, Firman Allah dalam surat Fusilat ayat 44
…..       ………
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang beriman. (Q.S Fusilat ayat 44)
4. Mau’ijah, yang berari nasehat, sebagaiman firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 :
 ••   •    
     
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Yunus ayat 57)